Pengumuman
Lomba Menulis Puisi
Festival Seni Akhir Tahun
Syukur Waktu #10
Komunitas Cermin Tasikmalaya
(Juri I Acep Zamzam Noor dan juri II Nizar
Machyuzaar)
Puisi Juara I
Cipatujah
Zulkifli Songyanan*
Kau pandangi segala yang terbit di pantai itu:
Fajar, perahu nelayan, cericit burung, langkah
pedagang.
Segalanya tampak ringan melintasi semesta anyar.
Guyuran cahaya keemasan melumuri kulit kerang
dan mercusuar. Seonggok kayu melintang
ke bahu lautan. Lautan hatimu demikian mudah
menaklukkan segala pelayaran.
Kau berpesan, pandangi segala yang terbit
agar mengerti belas kasih Tuhan
atas semua yang di langit dan di bumi
bahkan atas setiap huruf
yang kupinjam demi merampungkan puisi ini.
Kau pandangi segala yang terbit di pantai itu.
Duka mereda. Orang-orang merangsak
ke gigir jembatan. Smartphone di tangan.
Udara bergaram. Rambutmu dimainkan angin.
Tepian alismu runcing dan berkilat, seperti rasa ingin
menautkan keindahan dan rasa sakit.
Tiga perahu nelayan tertambat dan bergoyang
dekat jembatan. Tatapanmu lekat
dan sinar matamu membebaskan.
Saat matahari meninggi, kemurnian
yang terus melumuri napas dan perasaan ini
terbit dari cinta yang entah bagaimana lagi
kusyukuri.
2021
*Zulkifli Songyanan tinggal di Singaparna, Kabupaten
Tasikmalaya
Puisi Juara II
Mereka Teristimewa
Nuning Sapta Rahayu*
Bias senja tak mampu redupkan cahaya
Gelap malam tak kan sembunyikan kilaumu
Tidak hujan, tak pula badai
Sinar suci murni mu tetap memukau
Karena mereka terstimewa
Tak kan kubiarkan dan kan kuhempaskan
Suara angin nan membawa lirih itu
Mulut yang dengan kejam mengucap kata tak pantas
Seakan tak menghargai tangan sang pencipta
Mereka yang memanggilmu idiot, cacat ataupun berbeda
Mereka yang hanya bisa mengolok dan merundung
Memberimu duka dan luka
Tanpa tahu bahwa kaulah sang malaikat kecil
Yang Dia ciptakan dengan berjuta makna, berjuta
rencana
Bersih dari dosa, Engkaulah sang penghuni surga
Wahai malaikat Teristimewa
Senyum, bahagia dan harapmu
Menjadi penyemangat hidupku
Kan selalu kuberikan yang terbaik yang kumampu
Mari bangkit dan tunjukkan pada dunia
Keterbatasanmu tak kan sedikitpun menjadi penghalang
untuk berkarya
Lelah kita tak kan pernah sia-sia
Kuatkan hati untuk selalu yakin akan kuasaNya
Menjalankan setiap rencana IndahNya
Karena mereka adalah yang teristimewa
Malaikat-malaikat kecil yang Nyata
Yang akan membukakan pintu dan menuntun kita ke surga
*Nuning Sapta Rahayu. Lahir di
Tasikmalaya, 19-12-1987. Mengabdikan diri sebagai guru pendidikan khusus di SLB
Yayasan Bahagia, Kota Tasikmalaya. Pernah menjadi juara 1 berbagai lomba guru
inovatif tingkat Kota, Gugus XXIV, KCD XII dan Provinsi Jawa Barat (2015-2018)
dan Juara 1 Guru SLB kreatif berprestasi Tingkat Provinsi Jawa Barat (2019) dan
Juara 3 Guru SMALB Kreatif Tingkat Nasional (2019) serta berbagai lomba seni
seperti lomba nyanyi dan membaca puisi. Menulis beberapa laporan penelitian,
R&D pembelajaran ABK, buku sehimpun puisi sonian dan Kisah Guru inspiratif
2020.
Puisi Juara III
Wasta Kemuning
Najwa Tiara*
Nafas ini rentan
Pada topan yang pelan
Gaib membuat raib
Tak terlihat, lebih menakutkan
Dari mana datangnya rembulan
Jika hidup hanya terkungkung tangisan
Kabar Duka tak henti-hentinya
Menangisi fakta
Mengundang logika
Jungkir balik dibuatnya
Apakah
Tuhan sedang mengobati?
Bumi menua
Ozon merintih
Alam yang berteriak
Manusia hanya meratapi
Diam bukan sosial bagi wasta
Kemuning kan berakhir di pelupuk nestapa
Mengundang sajak
Sembahkan gairah karya
*Najwa Tiara tinggal di Tasikmalaya
0 Komentar