Recents in Beach


Sejarah Genealogi Ulama Jawa Timur dan Tasikmalaya Melalui Silsilah Syekh Abdul Muhyi Safarwadi Pamijahan

Oleh Kang Mahrus MS

SYEKH NUR HAYYIN ALIAS MBAH RAMBUT

TANGGUL JEMBER JAWA TIMUR 

(Sejarah Genealogi Ulama Jawa Timur dan Tasikmalaya  Melalui Silsilah Syekh Abdul Muhyi Safarwadi Pamijahan) 

Oleh Kang Mahrus MS1 

mahrus.tasik@gmail.com 

Abstrak  

Tanggul merupakan sebuah kecamatan di Kabupaten Jember  Provinsi Jawa Timur. Daerah ini dikenal masyarakat karena  adanya sosok Habib Sholeh bin Muhsin al-Hamid (dikenal dengan  Habib Sholeh Tanggul), seorang waliyullah yang berasal dari desa  Hadramaut Yaman dan wafat serta dimaqomkan di Tanggul  sehingga namanya dinisbatkan pada nama kecamatan Tanggul,  Jember, Jawa Timur. Habib Sholeh mulai tinggal di Tanggul Jember  sekitar tahun 1933 M, sebelumnya ia tinggal di Lumajang. Tidak  ada yang mengetahui penyebab ia hijrah ke Tanggul Jember dari  Lumajang, tentu ia mempunyai dasar dan tujuan sehingga hijrah  kesana.  

Yang menarik dan menjadi ketertarikan penulis adalah cerita turun  temurun dari para sesepuh di Tanggul Kabupaten Jember tentang  cikal bakal tempat tersebut dinamakan Tanggul dan tokoh yang  penting dikenalnya daerah tersebut manjadi Tanggul.  

Adalah maqom Mbah Rambut yang terletak disana dikaitkan  dengan ihwal berdirinya daerah Tanggul. Mbah Rambut merupakan  julukan dari masyarakat Tanggul, karena nama aslinya adalah  Syekh Muhammad Nur Hayyin, seorang tokoh yang berjasa  menyebarkan ajaran Islam. Bila diteliti lagi silsilahnya ternyata ia  merupakan keturunan dari Syekh Abdul Muhyi Pamijahan  Tasikmalaya. Tulisan ini tentunya menjadi pelengkap atau mungkin  menjadi tulisan yang dapat menjelaskan perihal hubungan  genealogis ulama-ulama di tanah Jawa kaitannya dengan silsilah  para wali penyebar Islam di Jawa yang dikenal dengan Walisongo. 

 ----------------------------------------------------------------------- 

1 Penulis tinggal di Pondok Pesantren Bahrul Ulum “KH. Busthomi” Awipari  Tasikmalaya. Mursyid Thoriqoh Ahlul Qohwah an-Nahdliyyah, Ketua ISNU Kota  Tasikmalaya dan Sekretaris Lesbumi PCNU Kota Tasikmalaya. Tulisan ini  diambil dari beberapa sumber diantaranya kitab silsilah yang ditulis ulang oleh  Mama Haji Sulaeman bin Mama Haji Husen bin Syekh Nur Hayyin.

Genealogi Syekh Nur Hayyin Tanggul Jember|


Pendahuluan 

Genealogi atau sering juga disebut silsilah adalah garis  keturunan manusia dalam hubungan keluarga sedarah. Melalui  genealogi dapat diketahui garis keturunan seseorang sampai  dengan nenek-moyangnya. Berbicara tentang genealogi berarti  berbicara tentang hubungan seseorang di masa kini dengan orang 

orang di masa lalu. Berbicara tentang genealogi berarti berbicara  tentang sejarah, karena pada hakikatnya genealogi merupakan  permulaan dari semua penulisan sejarah.2 

Termasuk juga dalam cerita rakyat atau sejarah berdirinya  suatu daerah atau tempat, genealogi biasanya menjadi sebuah  metode yang membantu dalam penulisan sejarah. Dengan ilmu ini  akan diketahui tentang tokoh yang berpengaruh dalam suatu  peristiwa sejarah lengkap dengan silsilahnya. 

Sejarah berdirinya daerah di Kabupaten Jember yang  bernama Tanggul misalnya, tidak banyak yang mengetahui kapan  dan siapa yang memulai mendirikan daerah ini atau apa yang  menjadi latarbelakang daerah ini dinamakan Tanggul. 

Tanggul merupakan nama kecamatan di Kabupaten Jember  Jawa Timur. Banyak orang mengunjungi daerah ini untuk  berziarah ke maqom Habib Sholeh bin Muhsin al-Hamid (1313 H 1396 H/1895 M-1976 M), seorang waliyullah yang berasal dari  

 ----------------------------------------------------------------------------------------- 

2 Sartono Kartodirdjo. 1968. “Beberapa Fasal tentang Historiografi  Indonesia”, dalam Lembaran Sejarah No. 2. Hal 34

Genealogi Syekh Nur Hayyin Tanggul Jember|


desa Wadi 'Amd, Hadramaut Yaman. Namanya dinisbatkan pada  nama kecamatan Tanggul, Jember, Jawa Timur.3 

Namun tidak banyak yang mengenal siapakah tokoh pendiri  atau tokoh yang menjadi cikal bakal daerah tersebut dinamakan  Tanggul.  

Indra Lontar,4 seorang jurnalis dan peneliti sejarah Jember  dalam sebuah artikel pada Majalah Lontar yang berjudul  “Mengenal Mbah Rambut” menjelaskan bahwa di Kecamatan  Tanggul Kabupaten Jember terdapat sebuah komplek maqom tua  yang dikenal dengan maqom Mbah Rambut. Menurut keterangan  masyarakat yang tinggal di sekitarnya, maqom ini sebenarnya  merupakan petilasan atau tempat dikuburkannya rambut dari  seorang tokoh bernama asli Syekh Nur Hayyin.  

Dari silsilah yang ada, serta menurut penjelasan anak  cucunya, Mbah Rambut merupakan salah seorang anggota  pasukan, sekaligus teman dekat Dipati Ukur. Diperkirakan Mbah  Rambut sampai ke daerah Tanggul, setelah berakhirnya Perang  

Dipati Ukur (1628-1632 M). Kedatangan Mbah Rambut ke daerah 

 --------------------------------------------------

3 Siti Khotijah Nur Okta, “Konribusi Habib Sholeh Bin Muhsin Al-Hamid dalam Penguatan Kesilaman di Tanggul Pada Tahun 1933M-1976M” dalam https://wongjember.com/habib-sholeh-tanggul/ 

4 Indra Lontar, seorang jurnalis yang sempat bergabung dengan Radar  Jember group Jawa Pos, pada tahun 1999. setelah keluar dari jawa pos, ia  menjadi Pemimpin Redaksi pada Tabloid Orbit, sebuah tabloid lokal Jember.  selanjutnya ia memimpin koran lokal Jember, Jember News. di koran ini ia  sebagai Pemimpin Redaksi. Awal tahun 2006, ia mendirikan surat kabar Lontar.  Selanjutnya, sejak tahun 2006 itu pula, ia diminta untuk menjadi Pemimpin  Redaksi pada tabloid yang diterbitkan Kantor Infokom Pemkab Jember, Jember  Terbina, sampai sekarang.

Genealogi Syekh Nur Hayyin Tanggul Jember|


Tanggul ini, setelah kalah perang melawan VOC. Akibat dari kalah  perang itu, menjadi hampir seluruh pasukan Dipati Ukur  menyingkir ke berbagai daerah, termasuk daerah Tanggul.5 

Setelah tinggal di daerah Tanggul beberapa tahun, Mbah  Rambut meneruskan perjalanannya ke arah timur, dengan  singgah di Bangsalsari, Rambipuji, Jember, hingga ke arah  Banyuwangi, sampai ke Pecaron Situbondo. Perjalanan Mbah  Rambut dalam rangka menyebarkan Islam itu, berakhir di  Pecaron, Situbondo. Di tempat ini Syekh Nur Hayyin  menghabiskan masa hidupnya sampai wafat disana.6 

Dari tulisan-tulisan yang ada, penulis menganggap belum  ada yang secara komprehensif melakukan kajian historis atas  sejarah tentang Syekh Nur Hayyin sebagai tokoh ulama yang  membuka dan menyebarkan Islam di Tanggul Kabupaten Jember  kaitannya secara genealogis dengan Syekh Abdul Muhyi  Pamijahan Tasikmalaya. Hal ini dianggap penting dan menarik  mengingat Syekh Abdul Muhyi dalam sejarah dikenal sebagai  waliyullah leluhurnya berasal dari timur Jawa. Dalam sejarah  

 ------------------------------------------------------------- 

5 Keterangan ini menjadi hal yang harus didisuksikan kembali terutama  tentang rentang waktu Perang Dipati Ukur kaitanya dengan periode dakwah  Kanjeng Syekh Abdul Muhyi Pamijahan Mengenai Perang Dipati Ukur dapat  dilihat pada tulisan Balai Pelestarian Nilai Budaya Jawa Barat “Dipati Ukur  dan Jejak Peninggalannya di Kecamatan Ciparay Kabupaten Bandung  (1627-1633)”

6 Indra Lontar, “Mengenal Mbah Rambut”, Tabloid Lontar, Rabu 1 April  2015, dalam http://lontarnews.blogspot.com/2015_04_01_archive.html

Genealogi Syekh Nur Hayyin Tanggul Jember|

mencatat bagaimana perjalanannya dalam berdakwah hingga  sampai ke tatar Sunda.  

Inilah yang menjadi perhatian lebih penulis untuk mencoba  melakukan penelitian lebih jauh tentang hal ini. Penulis menduga  apa yang dijelaskan pula oleh Azyumardi Azra7 tentang teori  “jaringan ulama” bahwa tokoh-tokoh pelaku sejarah waliyullah  penyebar ajaran Islam tidak “ujug-ujug” datang ke suatu tempat  untuk bermukim dan seterusnya. Para leluhur terdahulu tentu  mempunyai alasan dan melalui proses spiritualitas khusus ketika  “melaku-lampahkan” jejaknya.  

Teori inilah yang menjadi dasar ketertarikan bagi penulis  untuk dituangkan dalam bentuk tulisan yang sedarhana ini,  diawali dengan melakukan pengamatan keberadaan “maqom maqom” sebagai bentuk peninggalan masa lampau dan “silsilah”  sebagai pendekatan sejarah genealogis.  

Penulis menyadari bahwa ini bukanlah tulisan pertama yang  menggunakan pendekatan pengamatan terhadap “maqom” dan  “silsilah”. Sebelumnya telah ada suatu penelitian sejarah dengan  menjadikan “maqom” sebagai pintu masuk dalam melakukan  penelitian. Salah satunya adalah penelitian tentang Sejarah  

 --------------------------------------

7 Azyumardi Azra, “Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara  Abad XVII & VIII”: Melacak Akar-akar Pembaruan Pemikiran Islam di Indonesia”,  Penerbit Mizan, Jakarta, 1998.

Genealogi Syekh Nur Hayyin Tanggul Jember|

Pamijahan yang dilakukan oleh Evie Latifundia, seorang arkeolog  dari Balai Arkeologi Bandung.8 

Dalam Historiografi terdapat sebuah tahapan heuristik,  dalan tahapan ini dikenal adanya sebuah teori tentang keberadaan  maqom atau makam sebagai indikasi awal adanya permukiman  dengan aspek kehidupan yang cukup kompleks. Maqom atau  makam juga mengandung berbagai data yang penting untuk  menggambarkan masyarakat pendukungnua di masa lalu. Jadi  maqom atau makam bukan hanya dapat dilihat sebagai warisan  yang harus dilestarikan tetapi juga harus dicari maknanya.  Banyak aspek yang membawa kita kepada pemahaman makna  yang ada pada wujud maqom atau makam sebagai sebuah  warisan.9 

Dalam upayanya untuk melakukan penelitian tentang  sejarah lokal yang mungkin “tak tercatat” dalam historiografi Islam  di nusantara, penulis mendapatkan beberapa kata kunci dari  penelitian ini, yaitu:  

1. Maqom; 

2. Silsilah: 

3. Daerah Tanggul Kabupaten Jember dan Pecaron Situbondo. 

 ---------------------------------------------------

8 Effie Latifundia, “Perkembangan Awal Islam di Pamijahan Tasikmalaya:  Kajian Makam-Makam Kuno”, Jurnal Purbawidya Balai Arkeologi Bandung, Vol.  1 No. 2 Tahun 2012. 

9 Ibid, hal. 215

Genealogi Syekh Nur Hayyin Tanggul Jember|


Sejarah Berdirinya Daerah Tanggul Kabupaten Jember

Masyarakat Jember pada umumnya tidak banyak yang  mengetahui ihwal sejarah berdirinya daerah Tanggul yang  sekarang menjadi wilayah kecamatan. Upaya untuk menjelaskan  itu telah ada seperti yang ditulis oleh Pemerintah Desa Tanggul  Kulon dalam “Sejarah Desa Tanggul Kabupaten Jember” yang  menyebutkan sosok Mbah Rambut sebagai tokoh yang membuka  lahan desa, namun tidak dijelaskan bagaimana latar belakang  hingga terbentuknya desa tersebut.10 

Dari transkrip Negarakertagama, demikian banyak nama  daerah disebutkan khususnya yang masih dalam wilayah  Kabupaten Jember (Negarakertagama Pupuh XXII), namun semua  terpatahkan karena memang lintasan yang dilewati menuju  Sadeng melalui laut selatan memasuki daerah Kunir menuju  Basini lalu Sadeng. Dan setelahnya walau ke utara, malah menuju  daerah timur ke Bacok (Ambulu) dan Galagah (mungkin sekarang  Glagah Wiro - Jember).11 

Walau Bacok (menurut cerita turun temurun masyarakat)  ternyata adalah Ambulu, setidaknya nama Tanggul jika dilihat dari  arti bahasanya adalah “bendungan”, selain dari banyaknya  

 -------------------------------------------

10 Pemerintah Desa Tanggul Kulon, “Sejarah Desa Tanggul Kabupaten  Jember”, https://tanggulkulondesa.wordpress.com 

11 Harris, “Tanggul: Bendungan Dalam Nama Daerah”, dalam  http://kangharriz.blogspot.com/2016/02/tanggul-bendungan-dalam-nama daerah.html

Genealogi Syekh Nur Hayyin Tanggul Jember|


bendungan yang dibangun oleh bangsa Belanda, ternyata sejarah  Tanggul tak terlepas dari peristiwa banjir bandang, yang melintasi  tanggul, hingga di daerah Pasar Manggisan dulunya tergerus oleh  ombak air banjir hingga abrasi sampai ke alun-alun Tanggul. 

Untuk menahan banjir tersebut, seorang Tokoh “Sakti” bernama  Syekh Nur Hayyin dengan karomahnya memasang sebuah lidi  penangkal yang membendung air tersebut tepat di Pasar  Manggisan, yang akhirnya abrasi terhenti hingga saat ini.12 

Siapakah Syekh Nur Hayyin? bagaimanakah ia bisa berada  di Tanggul dan membantu menyelamatkan “korban banjir  bandang” yang terjadi saat itu?. 

Faktanya keberadaan beliau ditandai dengan adanyah  daerah yang dikeramatkan (Daerahnya bernama Kramat) di  wilayah Tanggul Kulon persis dipertigaan SMPN 4 Tanggul  (sebelum pintu lintasan kereta api) yang juga terdapat sebuah  maqom yang konon merupakan tempat dikuburkannya rambut  dan tongkat milik Syekh Nur Hayyin sehingga maqom tersebut  dinamakan maqom Mbah Rambut.13 

Mengenai siapakah Syekh Nur Hayyin? Kyai Hasan  menjelaskan bahwa Syekh Nur Hayyin merupakan seorang  waliyullah penyebar ajaran Islam di tatar Sunda yang secara  silsilah tokoh keturunan Syekh Abdul Muhyi Pamijahan 

 --------------------------------------------------------- 

12 Ibid. 

13 Ibid.

Genealogi Syekh Nur Hayyin Tanggul Jember|


Tasikmalaya Jawa Barat. Syekh Abdul Muhyi dari garis nasab  ibunya merupakan keturunan dari Maulana Ishaq. Lebih kanjut  Kyai Hasan menjelaskan berdasarkan dari cerita para leluhurnya  bahwa Syekh Nur Hayyin datang ke Jember setelah pasukan  Dipati Ukur mengalami kekalahan saat berperang melawan  Kompeni Belanda sehingga ia mengungsi dan tiba di daerah  Jember.14 

Hal yang menarik dari penjelasan ini adalah apakah  kedatangannya ke Jawa Timur ketika itu merupakan pasukan  yang dipanggil oleh Sultan Agung Mataram karena kekalahan  Dipati Ukur? Ataukah ia berhasil selamat dari hukuman yang  diberikan oleh Sultan Agung kepada pasukan Dipati Ukur?  Pertanyaan kemudian adalah jikalau itu maqom rambut dan  tongkat dari Syekh Nur Hayyin, lantas dimana maqom jasadnya?.  Untuk menjawabnya diperlukan penelitian lebih lanjut dengan  menampilkan data dan fakta sejarah yang logis. 

Dari penelusuran dan cerita-cerita yang ada, di daerah  Puger (Sadeng), tepatnya di Pulau Kucur, terdapat Maqom yang  juga dikeramatkan, dan dari sekian banyak cerita yang  didapatkan, termasuk dari juru kunci maqom itu sendiri meyakini  bahwa di maqom tersebutlah jasad Mbah Nur Hayyin  

 --------------------------------------------------------------

14 Keterangan Kyai Hasan Tanggul Jember, keturunan dari Syekh Nur  Hayyin, Lihat juga artikel pada Majalah Lontar yang berjudul “Mengenal Mbah  Rambut”.

Genealogi Syekh Nur Hayyin Tanggul Jember|


disemayamkan. Alasannya adalah karena masyarakat meyakini  bahwa Syekh Nur Hayyin memiliki nama lain yakni Mbah Tanjung  atau Mbah Kucur.15 

Berbeda dengan pendapat bahwa jasad Sykeh Nur Hayyin  dimaqomkan di pulau Tanjung pantai Kucur Kabupaten Jember,  keturunan Syekh Nur Hayyin yang berada di Tanggul dan  Bangsalsari Kabupaten Jember menyebutkan bahwa Syekh Nur  Hayyin ketika ditembak dan hendak ditangkap oleh pasukan  Kompeni Belanda, jasadnya menghilang dan hanya rambutnya  yang tertinggal. Sehingga hanya rambutnya yang dikuburkan  disana. Untuk itu hingga saat ini maqom tersebut dikenal dengan  maqom Mbah Rambut.16 

Selanjutnya dengan karomahnya, Syekh Nur Hayyin berhasil  lolos dari kejaran pasukan Kompeni Belanda dan pergi ke arah  timur daerah Banyuwangi. Untuk menghindari kejaran pasukan  kompeni ia mengubah namanya menjadi Raden Mas Kyai Ali  Imron. Ia menetap di Situbondo hingga wafatnya disana dan  maqomnya berada di bukit Pecaron.17 

 --------------------------------------------------------

15 Kang Harris, Ibid. 

16 Kyai Hasan, Ibid. 

17 Ibid.

Genealogi Syekh Nur Hayyin Tanggul Jember| 10

 

Gambar 1 

Maqom Mbah Rambut  

Kecamatan Tanggul Kabupaten Jember Jawa Timur 

Gambar 2 

Komplek Maqom Keramat Bukit Pecaron  

Situbondo Jawa Timur

Genealogi Syekh Nur Hayyin Tanggul Jember| 11 


Genealogi Syekh Nur Hayyin Tanggul Jember 

Dalam Kitab Silsilah yang ditulis ulang oleh Mama Haji  Sulaeman bin Eyang Haji Mama Husen bin Syekh Nur Hayyin18 disebutkan silsilah Syekh Nur Hayyin Tanggul dari anak cucunya  hingga ke leluhurnya, Nabi Muhammad SAW adalah sebagai  berikut: 

“Wallohua’lam bila tidak salah, Jungjunan kita semua yakni  Kangjeng Rasulullah SAW mempunyai putri yang bernama  Sayyidah Fatimah RA yang bersuamikan Baginda Sayyidina Ali  Karramallahu Wajhah. Selanjutnya Sayyidina Ali dan Sayyidah  Fatimah mempunyai 2 (dua) orang putra, yakni:”  

1. Sayyidina Hasan RA, yang keturunannya sampai kepada Syekh  Abdul Qadir Jailani al-Baghdadi, dan; 

2. Sayyidina Husein RA. 

Sayyidina Husenin RA, puputra; 

1. Sayyid Zainal Abidin, puputra; 

2. Sayyid Zainal Alim, puputra; 

3. Zainal Kubro, puputra; 

4. Zainal Husein, puputra; 

5. Syekh Jumadil Kubro. 

Syekh Jumadil Kubro mempunyai 3 (tiga) orang putra, yakni: 1. Syekh Maulana Ishak;  

2. Syekh Maulana Masyhuda; dan  

3. Syekh Maulana Nuh. 

Putra pertama Syekh Jumadil Kubro yakni Syekh Maulana  Ishak mempunyai putra; 

1. Sunan Ratu Giri Kedaton, puputra; 

2. Sunan Giri Laya, puputra; 

3. Raden Wiracandra, puputra; 

4. Raden Samardana Kyai Tanganziyah, puputra; 

5. Syekh Abdul Muhyi Wali Agung Pamijahan, puputra; 6. Dalem Bojong, mempunyai putra;  

 ------------------------------------------ 

18 Kitab silsilah ini ditulis dalam huruf Arab Pegon. Yang menarik dari kitab silsilah ini  adalah berisi catatan-catatan perjalana spiritual yang ditulis ulang oleh Mama Haji Sulaeman  Cikatomas Tasikmalaya.

Genealogi Syekh Nur Hayyin Tanggul Jember| 12 

7. Raden Hasan (atau Husen), puputra; 

8. Eyang Syekh Zainal Kahfi, puputra; 

9. Raden Haji Muhmmad Ayyin/Syekh Nur Hayyin Tanggul/Raden  Mas Haji Ali Imron Pacaron Situbondo. 

Nasab Keturunan Syekh Nur Hayyin diperkuat dengan Nasab  ibunya yang Bernama Eyang Haji Siti Ruqiyah bin Sembah Imam  Wajih bin Eyang Nyai Madyakusumah binti Kangjeng Syekh Abdul  Muhyi, sebagai berikut: 

1. Syekh Abdul Muhyi Wali Agung Pamijahan beristri Sembah Ayu  Bakta, puputra; 

2. Nyai Madyakusumah, puputra; 

3. Sembah Imam Waji, puputra; 

4. Eyang Haji Siti Ruqiyah, puputra; 

5. Raden Haji Muhmmad Ayyin/Syekh Nur Hayyin Tanggul/Raden  Mas Haji Ali Imron Pacaron Situbondo. 

Eyang Siti Ruqiyah dan Syekh Kahfi merupakan orang tua  dari Syekh Nur Hayyin. Keduanya merupakan cucu dari Syekh  Abdul Muhyi. Maqomnya berada di Kampung Joglo Desa Tonjong  Kecamatan Pancatengah. Keduanya merupakan salah satu tokoh  penyebar Agama Islam di wilayah Tasikmalaya (wilayah  Cikatomas/Pancatengah) dan masih keturunan dekat dengan  Pamijahan, untuk itu setiap lebaran masyarakat Pamijahan secara  rutin berziarah ke maqom ini.19 

 --------------------------------------------------------------------------

19 Kang Mahrus MS, “Sejarah Perkembangan Pesantren Bahrul Ulum  Awipari Tasikmalaya (Periode 1900-1955)”. Sebuah catatan awal penelitian  tentang Sejarah Pesantren Awipari kaitannya dengan “Satu Abad Pesantren  Bahrul Ulum KH. Busthomi Awipari Tasikmalaya” pada Kegiatan Haol dan  Alumni Tahun 2020.

Genealogi Syekh Nur Hayyin Tanggul Jember| 13

 

Gambar 3 

Maqom Eyang Siti Ruqiyah  

Joglo Tonjong Pancatengah Kabupaten Tasikmalaya

Gambar 4 

Maqom Eyang Kahfi 

Joglo Tonjong Pancatengah Kabupaten Tasikmalaya

Genealogi Syekh Nur Hayyin Tanggul Jember| 14 


Jadi dengan demikian Silsilah Syekh Nur Hayyin dari  Kangjeng Syekh Abdul Muhyi bertemu pada Eyang Siti Ruqiyah  binti Sembah Imam Wajih bin Nyai Madyakusumah dari garis ibu  dan dari garis ayah adalah Syekah Zainal Kahfi bin Raden Bagus  Hasan bin Dalem Bojong.20 

Adapun secara genealogi silsilah Kangjeng Syekh Abdul  Muhyi dapat dilihat sebagai berikut: 

1. Rasulullah SAW, Puputra; 

2. Fatimah az-Zahra x Sayyidina Ali karroma Allahu wajhahu,  Puputra; 

3. Syaidina Imam Husain R.A, Puputra ; 

4. Ali Zaenal Abidin, Puputra; 

5. Muhammad Al Baqir, Puputra; 

6. Ja'far Ashodiq, Puputra; 

7. Muhammad bin Ali AI'Aridhi, Puputra; 

8. Isa Albasyari, Puputra; 

9. Ahmad Al Muhajir, Puputrana; 

10. Ubaidillah, Puputrana; 

11. 'Uluwi, Puputrana; 

12. Ali Kholi'i Qosim, Puputra; 

13. Muhammad Shahib Mirbath, Puputra; 

14. Uluwi, Puputra; 

15. Abdul Malik, Puputra; 

16. Abdullah Khona, Puputra; 

17. Imam Ahmad Syah, Puputra; 

18. Jamaludin Akbar, Puputra; 

19. Asmar Kandi Gisik Karjo Tuban, Puputra; 

20. Ishak Makdhum, Puputra; 

21. Muhammad Ainul Yaqin, Puputra; 

22. Sunan Giri Laya, Puputra; 

23. Wira Candera, Puputra; 

24. Kentol Sumbirana, Puputra; 

25. Raden Ajeng Tanganziah , Puputra; 

26. Syekh Abdul Muhyi Safarwadi Pamijahan.21 

 --------------------------------------------------------

20 Kitab Silsilah “Eyang Mama Haji Husen Awipari” ditulis ulang oleh  Mama Haji Sulaeman.  

21 Ibid.

Genealogi Syekh Nur Hayyin Tanggul Jember| 15 


Dalam riwayat lain silsilah leluhur Syekh Nur Hayyin sampai  ke Sunan Giri adalah: 

1. Rasulullah SAW; 

2. Fatimah az-Zahra; 

3. Husain bin Ali

4. Ali Zainal Abidin

5. Muhammad al-Baqir 

6. Ja'far ash-Shadiq 

7. Ali al-Uraidhi 

8. Muhammad an-Naqib 

9. Isa ar-Rumi 

10. Ahmad al-Muhajir 

11. Ubaidullah 

12. Alwi Awwal 

13. Muhammad Sahibus Saumiah 

14. Alwi ats-Tsani 

15. Ali Khali' Qasam 

16. Muhammad Shahib Mirbath 

17. Alwi Ammi al-Faqih 

18. Abdul Malik (Ahmad Khan) 

19. Abdullah (al-Azhamat) Khan 

20. Ahmad Syah Jalal (Jalaluddin Khan) 

21. Jamaluddin Akbar al-Husaini (Maulana Akbar) 

22. Ibrahim Zainuddin Al-Akbar As-Samarqandy (Ibrahim Asmoro) 23. Maulana Ishaq; dan 

24. Ainul Yaqin (Sunan Giri).22 

Keturunan Syekh Nur Hayyin Tanggul Jember 

Dalam Kitab Silsilah yang ditulis ulang oleh Mama Haji  Sulaeman disebutkan keturunan Syekh Nur Hayyin menyebar dari  Tasikmalaya Jawa Barat dan Jember, Situbondo Jawa Timur  bahkan sampai Madura. 

 -------------------------------------------------------------

22 berdasarkan riwayat pesantren-pesantren Jawa Timur, dan catatan  nasab Sa'adah BaAlawi Hadramaut.

Genealogi Syekh Nur Hayyin Tanggul Jember| 16 


Kyai Hasan menjelaskan bahwa Pernikahannya dengan Nyai  Jaimas melahirkan keturunan sebagai berikut: 

1. Eyang Siti Payi (Tasikmalaya); 

2. Eyang Kyai Mad Idris (Tasikmalaya); 

3. Eyang Siti Izzah (Tasikmalaya); 

4. Eyang Siti Bandiah (Tasikmalaya); 

5. Eyang Mama Haji Husen (Awipari Tasikmalaya); 

6. Kyai Haji Nur Hamzah (Tanggul Jember); 

7. Kyai Haji Sidik (Bangsalsari Jember); 

8. Nyai Israp (Bangsalsari Jember); 

9. Subina (Tanggul Jember); 

10. Jasina (Tanggul Jember).23 

Adapun Pernikahannya dengan Nyai Masnih melahirkan  keturunan sebagai berikut: 

1. Mas Ismail (Puger Jember); 

2. Mas Bagus Husen (Bondowoso); 

3. Mas Bagus Yakub (Tanggul Jember); 

4. Mas Bagus Sulaeman (Panarukan Situbondo); 

5. Mas Bagus Sueb (Prajekan Bondowoso); 

6. Mas Bagus Hanan (Prajekan Bondowoso); 

7. Mas Bagus Semaun (Tanggul Jember); 

  

23 Kyai Hasan, Ibid.

Genealogi Syekh Nur Hayyin Tanggul Jember| 17 


8. Mas Bagus Toyyib (Jatiroto Jember-Lumajang); 

9. Mas Ajeng Murtodo (Tanggul Jember); 

10. Mas Ajeng Srima (Tanggul Jember); 

11. Mas Ajeng Jirah (?); 

12. Mas Ajeng Jana (Sukowono Bondowoso).24 

Di Tasikmalaya, keturunan Syekh Nur Hayyin/Mbah  Rambut Tanggul Jember/Raden Mas Kyai Ali Imron Pecaron  Situbondo banyak melahirkan tokoh-tokoh ulama yang  mendirikan Pondok Pesantren, salah satunya adalah Pondok  Pesantren Awipari Tasikmalaya.  

Pondok Pesanten Awipari Tasikmalaya dirintis oleh putra  dari Syekh Nur Hayyin yang bernama Eyang Haji Mama Husen. Ia  merupakan santri Pesantren Bendakerep Cirebon.25 

Para sesepuh Awipari menjelaskan bahwa Eyang Haji Mama  Husen berasal dari Joglo Cikatomas (sekarang masuk wilayah  Kecamatan Pancatengah). Akan tetapi setelah mendapatkan  informasi Syekh Nur Hayyin (dalam silsilah Pamijahan dikenal  dengan Raden Muhammad Ayyin) yang menetap di Tanggul  

 ---------------------------------------------------------------

24 Ibid. 

25 Kang Mahrus MS, Ibid. Hal. 14. Tentang sejarah Pesantren Bendakerep  Cirebon bisa dibaca tulisan Ima Mutasim, “Ahlul Bait KH. Faqihudin Pondok  Pesantren Bendakerep Cirebon”, dalam http.//dalilaahsanah.blogspot.co.id/  2011/06/sejarah-singkat-benda-kerep.html?m=1. Lihat juga Rina Rindanah,  “Genealogi Pesantren Benda Kerep dan Pesantren Buntet: Suatu  Perbandingan”, diterbitkan oleh Jurnal Holistik IAIN Syekh Nurjati Cirebon,  Vol. 14 Number 02, 2013.

Genealogi Syekh Nur Hayyin Tanggul Jember| 18 


Kabupaten Jember Jawa Timur bahkan kemudian menetap di  Situbondo dengan keturunan-keturunannya yang sampai saat ini  menyebar disana. Maka kemungkinan Eyang Mama Haji Husen  pergi mondok ke Bendakerep Cirebon dari Tanggul Kabupaten  Jember Jawa Timur. 

Kepastian kedatangan Eyang Haji Mama Husen bermukim  dan berdakwah untuk masyarakat Awipari Tasikmalaya diperoleh  sekitar tahun 1294-1298 H atau 1873-1878 M (bahkan mungkin  saja Eyang Mama Husen telah bermukim menjadi guru ngaji di  tajug/masjid yang didirikan oleh Eyang Haji Abdul Karim di  Awipari sebelum ia menikah dengan Eyang Siti Khodijah) Eyang  Mama Haji Husen dijadikan menantu oleh Eyang Abdul Karim  dengan menikahkan putrinya yang bernama Siti Khodijah.26 

Hasil pernikahannya dengan Siti Khodijah binti Eyang Haji  Abdul Karim, Eyang Haji Mama Husen mempunyai 7 (tujuh) orang  anak: 

1. Rahmat; 

2. Uha; 

3. Iyam Maryam; 

4. KH. Masduki/Mama Haji Masduki (Awipari Wetan);  

 --------------------------------------------------------------

26 Ibid. Hal 14. Dari catatan Eyang Abdul Karim, Ia menulis bahwa putrinya  yang bernama Siti Khodijah lahir tepat saat pendirian tajug/masjid di Awipari  Kulon pada tahun 1284 H atau bila dihitung berdasarkan tahun masehi adalah  1863 M.

Genealogi Syekh Nur Hayyin Tanggul Jember| 19 

5. Icoh Holisoh; 

6. Pu’ah; 

7. KH. Sulaeman (Awipari Kulon) 27 

Gambar 5 

Maqom Eyang Mama Husen bin Syekh Nur Hayyin 

Awipari Cibeureum Kota Tasikmalaya 

Setelah Eyang Haji Mama Husen wafat (tahun wafat tidak  diketahui), putranya yang bernama Mama Haji Masduki (wafat  Tahun 1985 M) mengembangkan Pesantren Islam Awipari pada  tahun 1920 M. 

 -------------------------------------------------------- 

27 Ibid. Hal. 17

Genealogi Syekh Nur Hayyin Tanggul Jember| 20 


Pesantren Awipari dalam beberapa literatur sejarah  perkembangan pesantren di Jawa Barat termasuk salah satu  pondok pesantren tertua. Dalam beberapa literatur disebutkan bahwa pesantren ini didirikan pada tahun 1920 oleh Mama Haji  Masduki, tapi apabila dilihat fakta kedatangan Mama Haji Husein bin Syekh Nur Hayyin di Awipari untuk mengajar masyarakat  maka jauh sebelum itu dapat dipastikan sudah ada di Awipari. 

Baru Pada periode KH. Bushtomi (1905-1968 M) bin Mama  Haji Masduki bin Mama Haji Husen bin Syekh Nur Hayyin, Pondok  Pesantren Islam Awipari mengalami perkembangan yang sangat  pesat hingga santrinya mencapai ribuan orang. 

Informasi tenteng keberadaan keturunan dari Pamijahan  yang berada di Jawa Timur sangat sedikit sekali, akibatnya tidak  ada komunikasi yang terjalin antara keturunan Syekh Nur Hayyin  yang berada di Jawa Timur dan Tasikmalaya. 

Baru pada tahun 1962, Mama Haji Masduki bin Eyang  Mama Haji Husen berkunjung ke keluarga besar keturunan Syekh  Nur Hayyin di Tanggul Kabupaten Jember. Kemungkinan besar  saat itu Mama Haji Masduki datang untuk berziarah ke maqom  kakeknya dan takziyah atas wafatnya Nyimas Hj. Rufi dalam usia  180 tahun (1782-1962 M). Nyimas Hj. Rufi merupakan istri dari  Kyai Haji Rofi’i bin Kyai Haji Nur Hamzah bin Syekh Nur Hayyin. 

Genealogi Syekh Nur Hayyin Tanggul Jember| 21 

Kyai Haji Nur Hamzah Tanggul adalah saudara kandung Eyang  Haji Mama Husen Awipari Tasikmalaya. 

Menurut cerita anak cucunya, ia tidak pernah berhenti  bertasybih selama hidupnya, hingga jari telunjuk dan jempolnya  terlihat seperti tipis dibandingkan dengan jari tangan yang lainnya  akibat sering bergesekan dengan tasybih. 

Gambar 6 

Kunjungan Mama Haji Masduki  

Ke Tanggul Jember Jawa Timur Tahun 1962 

Penutup 

Demikian penulisan tentang Sejarah Biografi Syekh Nur  Hayyin alias Mbah Rambut alias Raden Mas Ali Imron kaitannya 

Genealogi Syekh Nur Hayyin Tanggul Jember| 22 

dengan hubungan antara ulama Jember, Situbondo Jawa Timur  dan Tasikmalaya Jawa Barat melalui silsilah Syekh Abdul Muhyi  Pamijahan. Tulisan ini merupakan tulisan awal (draft) dan  selanjutnya merupakan pekerjaan rumah bagi keluarga besar  Syekh Nur Hayyin baik yang berada di Tasikmalaya maupun yang  berada di Jember, Situbondo Jawa Timur bahkan sampai Madura  untuk menggali kembali sejarah ini dengan ilmiah dan sesuai  dengan metode penelitian/penulisan sejarah (historiografi) yang  mudah-mudahan di kemudian hari terdapat data-data serta fakta fakta baru agar sejarah genealogi ini menjadi lebih komprehensif.  Dari catatan penelitian yang sederhana ini dapat  diasumsikan bahwa hubungan antara para ulama di tanah Jawa  telah dan masih mempunyai hubungan kekerabatan antara satu  dengan yang lainnya dengan pertimbangan hal-hal sebagai  berirkut:  

1. Tersebarnya keturunan dari Syekh Abdul Muhyi Pamijahan ke  pelbagai daerah di Jawa; 

2. Terdapat peran seorang tokoh penyebar dakwah Islam yang  kemudian menjadi cikal bakal daerah di Jember Jawa Timur  yang bernama Tanggul, yaitu seorang tokoh yang dikenal oleh  masyarakat lokal sebagai Mbah Rambut yang ternyata adalah  Syekh Nur Hayyin yang berasal dari tatar Sunda cucu dari  Syekh Abdul Muhyi Pamijahan;

Genealogi Syekh Nur Hayyin Tanggul Jember| 23 

3. Sosok Mbah Rambut alias Syekh Nur Hayyin juga dikenal di  daerah Situbondo dengan nama Raden Mas Ali Imron, karena  maqomnya berada di bukit Pecaron Situbondo. Bila melihat  sejarah genealogi, di bukit Pecaron terdapat maqom Maulana  Ishaq yang merupakan leluhur dari Syekh Abdul Muhyi  Pamijahan. 

Demikian tulisan singkat dan sederhana tentang Syekh Nur  Hayyin alias Mbah Rambut Tanggul Jember Jawa Timur  hubungannya dengan Syekh Abdul Muhyi Pamijahan Tasikmalaya,  semoga dapat bermanfaat bagi kita semua. 

Daftar Sumber: 

Azyumardi Azra, “Jaringan Ulama Timur Tengah dan  Kepulauan Nusantara Abad XVII & VIII”: Melacak Akar-akar  Pembaruan Pemikiran Islam di Indonesia”, Penerbit Mizan,  Jakarta, 1998. 

Catatan Nasab Sa'adah BaAlawi Hadramaut. 

Effie Latifundia, “Perkembangan Awal Islam di Pamijahan  Tasikmalaya: Kajian Makam-Makam Kuno”, Jurnal  Purbawidya Balai Arkeologi Bandung, Vol. 1 No. 2 Tahun 2012. 

Harris, “Tanggul: Bendungan Dalam Nama Daerah”, dalam  http://kangharriz.blogspot.com 

Indra Lontar, “Mengenal Mbah Rambut”, Tabloid Lontar, Rabu 1  April 2015, dalam http://lontarnews.blogspot.com

Genealogi Syekh Nur Hayyin Tanggul Jember| 24 

Ima Mutasim, “Ahlul Bait KH. Faqihudin Pondok Pesantren  Bendakerep Cirebon”, dalam http.//dalilaahsanah.blogspot.co.id 

Kang Mahrus MS, “Sejarah Perkembangan Pesantren Bahrul  Ulum Awipari Tasikmalaya (Periode 1900-1955)”. Sebuah  catatan awal penelitian tentang Sejarah Pesantren Awipari  kaitannya dengan “Satu Abad Pesantren Bahrul Ulum KH.  Busthomi Awipari Tasikmalaya” pada Kegiatan Haol dan Alumni  Tahun 2020. 

Kitab Silsilah “Eyang Mama Haji Husen Awipari” ditulis ulang  oleh Mama Haji Sulaeman 

Lasmiyati, “Dipati Ukur dan Jejak Peninggalannya di  Kecamatan Ciparay Kabupaten Bandung (1627-1633)”. Jurnal  Balai Pelestarian Nilai Budaya Jawa Barat, 28 Juli 2016. 

Pemerintah Desa Tanggul Kulon, “Sejarah Desa Tanggul  Kabupaten Jember”, https://tanggulkulondesa.wordpress.com 

Rina Rindanah, “Genealogi Pesantren Benda Kerep dan  Pesantren Buntet: Suatu Perbandingan”, diterbitkan oleh  Jurnal Holistik IAIN Syekh Nurjati Cirebon, Vol. 14 Number 02,  2013. 

Siti Khotijah Nur Okta, “Konribusi Habib Sholeh Bin Muhsin Al Hamid dalam Penguatan Kesilaman di Tanggul Pada Tahun 1933M-1976M” dalam https://wongjember.com

Genealogi Syekh Nur Hayyin Tanggul Jember| 25 


Posting Komentar

0 Komentar